Semoga ada manfaatnya...
Katherine He Burb, 'love has nothing to do with what you are expecting to get - only with what you are expecting to give - which is everything'. (Cinta berkaitan dengan apa yang kita berikan, dan di sinilah letak kebesaran cinta)
Setiap orang dewasa yang normal pernah mengalami jatuh cinta. Dalam keadaan terakhir, dunia rasanya hanya milik kita sepasang. Semua hal kelihatan indah dan penuh kenikmatan. Jangankan kelebihan, kekuranganpun amat mudah diterima sebagai sebuah sisi yang mengandung unsur menyenangkan. Setiap tarikan nafas, seperti menghirup bau harum nan segar di pegunungan. Kalau bisa, mesin waktupun mau dibuat berhenti. Sehingga kondisi hidup yang serba menyenangkan bisa bertahan selamanya.
Sekarang bayangkan sebuah lingkungan kerja yang dihuni hanya oleh manusia-manusia yang pekerjaannya hanya satu : jatuh cinta. Hari ini jatuh cinta pada pekerjaan. Besoknya jatuh cinta pada diri sendiri. Lusa jatuh cinta pada istri. Tiga hari kemudian jatuh cinta pada anak-anak di rumah. Empat hari berikutnya jatuh cinta pada orang tua. Lima hari terakhir jatuh cinta pada mertua. Singkat kata, lima hari kerjanya diisi penuh oleh jadwal jatuh cinta. Siklus kerja mingguan penuh dengan warna dan spirit hidup jatuh cinta.
Mari kita mulai dengan jatuh cinta pada pekerjaan. Tidak banyak orang yang bisa hidup 'mewah' dengan mengganti pekerjaan setiap kali tidak suka. Kalaupun ada orang pintar yang mudah diterima di sana-sini, pada suatu titik ada juga batas kebosanan dari kegiatan pindah-pindah kerja. Salah seorang kutu loncat sahabat saya, bahkan bertutur bosan bahwa yang namanya jadi pekerja di manapun cirinya hanya dari itu ke itu saja. Belajar dari sini, bagi mereka yang mengira bahwa tempat kerja di tempat lain lebih baik dibandingkan tempat sekarang, mungkin sudah saatnya melakukan refleksi ulang.
Di tempat kerja manapun ada masalah, tantangan, orang yang tidak cocok, konflik, dan deretan hal sejenis. Bahkan setelah jadi pengusahapun, deretan hal tadi akan senantiasa hadir.
Kalau berkaitan dengan kenaikan gaji, promosi jabatan dan hal-hal menyenangkan lainnya, kita tidak memerlukan usaha untuk menerimanya dengan ikhlas. Namun bekaitan dengan hal-hal negatif seperti tidak cocok dengan orang lain, konflik, masalah, diperlukan banyak usaha agar kita bisa jatuh cinta pada pekerjaan.
Jatuh cinta kedua yang amat penting adalah jatuh cinta pada diri sendiri. Orang yang teramat sering jatuh cinta pada dirinya - apa lagi senantiasa awas akan bahaya kesombongan - sebenarnya sudah sampai pada titik lebih tinggi dari sekadar bahagia. Bahagia masih dibayang-bayangi oleh kesedihan. Namun, pencinta diri sendiri secara penuh, tidak lagi dikejar bayangan kesedihan, atau mengejar bayangan kebahagiaan. Bayangan itu sendiri sudah tidak ada dan menyatu dengan sang aku.
Bagi saya, tidak ada orang yang lebih beruntung dari orang yang sudah sampai di titik ini. Di tempat manapun, di waktu kapanpun, dan bersama siapapun, ia selalu bercumbu dengan sang aku. Suka-duka, sedih-bahagia, siang-malam, rindu-benci, dan dikotomi hidup sejenis, sudah musnah bersamaan dengan jatuh cinta dia pada sang aku.
Tidak ada penolakan terhadap sang aku, yang ada hanya penerimaan. Tidak ada keterpaksaan, sikap ikhlas senantiasa mengalir dalam setiap moment. Tidak ada pembandingan, yang ada hanya ketulusan untuk melihat bahwa saya ini adalah saya. Nikmat sekali bukan ? Lebih-lebih ongkos ke arah itu tidak terlalu mahal, ia hanya memerlukan keikhlasan untuk menerima dan kemudian mencintai sang aku. Itu saja.
Jatuh cinta berikutnya, adalah jatuh cinta pada keluarga. Istri, anak, orang tua, mertua serta anggota keluarga lainnya, adalah serangkaian manusia yang berkontribusi besar terhadap bangunan hidup kita. Tanpa orang tua dan mertua, mungkin tidak ada kehidupan. Tanpa istri/suami serta anak, rumah akan lebih menyerupai tempat kering, sepi dan sunyi.
Saya tidak tahu bagaimana kehidupan Anda, namun dalam kehidupan saya tempat paling indah di dunia ini adalah rumah. Di mana orang-orang yang saya cintai, orang-orang yang menerima diri saya secara utuh, tinggal dan menunggu kedatangan saya setiap hari.
Memasuki pintu rumah, terutama ketika baru pulang dari tugas luar kota, seperti memasuki gerbang surga. Betapa mewahpun hotel tempat menginap, betapa bersihpun bandar udara yang saya lalui, betapa cantikpun wanita-wanita yang lewat di perjalanan, tetapi tetap tidak bisa menggantikan posisi orang-orang rumah.
Saya bersukur sekali ke Tuhan karena dikaruniai seorang wanita yang bisa membuat saya jatuh cinta setiap hari. Dengan seluruh kesabarannya, kesediaannya untuk menerima, kejujurannya, serta sejumlah kekurangan lainnya, ia berhasil menimbulkan hasrat jatuh cinta setiap hari.
Sebagaimana sepasang remaja yang lagi jatuh cinta, perasaan serupa juga sering mengunjungi saya bersama karunia Tuhan tadi. Modal yang bisa menimbulkan hasrat jatuh cinta tadi sebenarnya tidak banyak. Perhatian, kesabaran dan kesediaan untuk menerima seutuhnya hanyalah hal murah, sederhana dan dimiliki setiap orang yang bisa menimbulkan hasrat orang lain untuk jatuh cinta pada diri kita.
Sebagaimana pernah ditulis Deborah Waitley, to love another is to look at the good. (Mencintai berarti melihat aspek baik dari orang lain). Atau mirip dengan apa yang pernah ditulis Katherine He Burb, 'love has nothing to do with what you are expecting to get - only with what you are expecting to give - which is everything'. (Cinta berkaitan dengan apa yang kita berikan, dan di sinilah letak kebesaran cinta).
Kalau demikian, bukankah tidak terlalu sulit membuat orang lain jatuh cinta pada diri kita setiap hari ?
0 comments:
Posting Komentar