Rabu, 09 Juni 2010

34. Perampok Dalam Diri Kita

Kutipan dari : Gede Prama Ideas
Semoga ada manfaatnya...

Begitu kejernihan fikiran berada jauh di atas hawa nafsu, sukses mudah dan senang sekali datang berkunjung.

Satu hal yang tidak bisa dihindari oleh sejumlah konsultan, lebih-lebih yang berinteraksi intensif dengan pemilik dan pimpinan puncak, adalah menjadi saksi hidup dari ketidakdewasaan sejumlah orang kaya pemilik perusahaan.

Ada yang baru tidak punya jabatan kemudian bikin kacau di mana-mana. Ada yang memanas-manasin pemegang saham dengan surat kaleng. Ada yang mabok pujian kemudian buta dengan informasi yang sebenarnya. Ada yang tidak sependapat dengan orang tuanya, kemudian menganulir keputusan, dan menimbulkan ketakutan di setiap pojokan organisasi. Ada yang tidak memiliki alat memimpin yang lain kecuali mengancam. Dan masih banyak lagi variasi lainnya.

Yang jelas, catatan kerja yang ditandai oleh seringnya bertemu dengan manusia-manusia seperti di atas, membuat saya amat bersukur. Sebab, perjalanan hidup yang bermula dari tangga yang amat bawah, plus seluruh penderitaannya, membuat saya tahu apa-apa yang tidak diketahui rekan-rekan yang baru lahir sudah menjadi orang kaya.

Sebagian klien yang dekat dengan saya, dan berhasil saya buat menjadi lebih dewasa, berfikir kalau saya memperoleh semua ini dari sekolah saya di INSEAD Prancis, atau di Universitas Lancaster Inggris. Kalau boleh jujur, kearifan dan kematangan hidup lebih banyak saya temukan secara otodidak di Universitas Kesulitan. Sebuah sekolah yang amat saya banggakan. Dan memiliki kontribusi jauh lebih tinggi dari Universitas manapun di dunia.

Sebenarnya, ingin sekali saya mengulas semua ini dalam sebuah buku khusus. Atau dalam sebuah tulisan panjang yang spesial membahas soal kedewasaan. Sayangnya, saya punya dua pembatas. Pertama, waktu sudah habis untuk jadi eksekutif puncak perusahaan, pembicara publik dan penulis. Kedua, sedang mengurangi diri membuat ide, konsep dan paradigma yang serba jelas namun memerangkap.

Akan tetapi, dengan seluruh keterbatasan ini, izinkan saya bertutur secara ringkas mengenai sebagian kecil saja dari seluruh aspek kedewasaan.

Dalam bahasa sederhana, tubuh kita sebenarnya kemana-mana sedang membawa dua jenis 'perampok'. Perampok pertama, ia berasal dari luar namun dibawa masuk ke dalam tubuh oleh panca indera, khususnya mata dan telinga. Perampok ke dua bersumber dari dalam, pembawanya adalah emosi, perasaan dan opini.

Mari kita mulai dengan perampok jenis pertama. Hati-hati dengan mata dan telinga. Melalui mata kita memasukkan banyak sekali hal ke dalam tubuh. Yang jelas, ada beberapa hal yang amat terpengaruh oleh pandangan mata. Keinginan, cinta, nafsu, dengki, iri, kagum, suka, benci hanyalah sebagian hal yang dipengaruhi oleh pandangan mata. Demikian juga dengan telinga. Ia membawa masuk dan mempengaruhi sama banyaknya unsur dalam tubuh kita.

Orang-orang dengan kedewasaan kurang, membiarkan dirinya didikte oleh mata dan telinga. Apa saja yang dibawa masuk oleh mata dan telinga, dikonsumsi mentah-mentah. Ini yang bisa menjelaskan, kenapa ada pengusaha yang mudah sekali marah dan meledak di depan umum. Ini juga yang bisa menerangkan, kenapa begitu ada berita buruk, orang langsung bereaksi secara serabutan. Proses masuknya informasi dan stimuli dari luar, tidak melalui proses pengolahan yang matang, namun langsung menjadi sikap dan keputusan. Saya amat dan teramat sering menjadi penasehat dan konsultan dari manusia-manusia jenis ini.

Jenis perampok kedua lain lagi. Emosi, perasaan dan opini sudah ada di dalam diri kita sebagai modal untuk berespons. Apapun stimuli dan informasi yang datang dari luar, akan diperkosa untuk masuk ke dalam kerangka emosi, perasaan dan opini yang ada, untuk kemudian diproduksi menjadi sikap dan keputusan. Sikap dan keputusan menjadi banyak gelapnya, jika kerangka terakhir juga gelap. Manusia-manusia yang sejak kecil sudah dibentuk jadi orang penuh curiga, mudah meledak, tersinggung, senang dipuji, dan sejenisnya mudah sekali dirampok oleh emosi, perasaan dan opini.

Manusia-manusia yang self management-nya kurang tertata, membiarkan saja kedua perampok di atas hidup semena-mena di dalam tubuh.

Ada yang dibuat menjadi manusia frustrasi. Ada yang dibohongi seumur hidup. Ada yang dibiarkan menjadi manusia kanak-kanak selamanya. Ada yang baru sadar setelah ada dalam kebangkrutan atau masuk penjara. Ada yang terkejut dengan perubahan lingkungan, begitu keadaan berubah. Dan masih banyak lagi spesies lainnya.

Anda tentu bertanya, siapa yang bisa menghalangi kesewenang-wenangan dua perampok di atas ? Pengalaman saya bertutur, yang bisa menghalangi dan mengelolanya hanya kejernihan fikiran.

Ibarat melihat bayangan bulan di air. Kita tentu saja tidak bisa menemukan bulan dengan mengaduk-aduk airnya. Ketenangan dan kejernihan adalah syarat utama bagi utuhnya bayangan bulan.

Bedanya, jika ketenangan air hanya butuh kesabaran untuk menunggu saja, ketenangan tubuh memerlukan latihan yang lama dan panjang. Saya 'dilatih' oleh banyak sekali kesulitan hidup. Ditabrak, diinjak, dibuat hampir mati oleh banyak ketidak tahuan. Berperang amat lama dengan sejumlah hawa nafsu. Dan proses peperangan terakhir akan terjadi sepanjang manusia masih bernafas. Belum sempurna memang. Namun, begitu kejernihan fikiran berada jauh di atas hawa nafsu, sukses mudah dan senang sekali datang berkunjung.

Nah, bila ada orang yang mampu meletakkan kejernihan fikirannya, di atas semua unsur tubuh, perampok manapun akan berubah menjadi sahabat. Dari sinilah kedewasaan akan tumbuh dan berkembang secara meyakinkan.

0 comments:

Posting Komentar

SHARE EXPERIENCE © 2008 Por *Templates para Você*