Senin, 07 Juni 2010

32. Makanan Bergizi Untuk Jiwa

Kutipan dari : Gede Prama Ideas
Semoga ada manfaatnya...

Seperti bau semerbak bunga yang harum, tindakan mencintai cepat atau lambat akan menyebar ke mana-mana.

Dalam suatu kesempatan, Socrates pernah mencoba mendefinisikan apa yang dia sebut sebagai pilosof. Dengan penuh keyakinan, pemikir terkemuka ini menyebut pilosof sebagai men with no taste for falsehood, while cherishing the truth. Atau, sejenis manusia yang hanya tertarik untuk hidup dan bermain-main dengan kebenaran, dan mencoba menyebar bibit-bibit kebenaran di mana-mana.

Kalau boleh saya berterus terang, pengertian terakhir ini memang cantik. Jauh lebih cantik dari pengertian lain yang pernah saya tahu. Dan sebagai orang yang tahu perbedaan antara knowing dengan knowing in action, kesederhanaan pengertian ini tidak otomatis disertai dengan kesederhanaan penerapan. Bahkan sering terjadi, pengertian yang terlalu sederhana malah menjadi awal amat rumitnya penerapan.

Coba saja dalami, sederhanakah pengertian tentang 'kebenaran' ? Bukankah ia berubah dalam situasi dan waktu yang berbeda ? Belum lagi ditambah dengan frame of mind yang berbeda. Kebenaran, sebenarnya lebih mendekati tanah liat dibandingkan dengan besi tua yang kaku. Tetapi, nanti dulu. Relativisme tentang kebenaran semacam ini, sering kali dicurigai sebagai asal dari banyak penyimpangan hidup yang mengkhawatirkan. Sama bahayanya dengan menganggap kebenaran sebagai sesuatu yang absolut.

Dalam dialektika seperti ini, banyak orang yang merasa kehilangan pegangan dalam bertindak. Dan sayapun pernah mengalami hal yang sama. Namun, agak berbeda dengan Socrates yang memulai tindakan dengan pengertian, saya meyakini ada banyak tindakan yang bisa dilakukan tanpa diawali pengertian.

Sebut saja tindakan mencintai dengan cara memberi. Dengan definisi apapun, cinta memang bisa diterangkan. Namun, impaknya yang dalam hanya akan timbul melalui tindakan. Bukan melalui pengertian. Dalam bahasa lain, John M. Hunstunman di jurnal Personal Excellence (edisi maret 2000) bahkan menulis : 'your personal character is shaped in large part by what you do to assist others'. Ini berarti, karakter kita ditentukan secara amat menentukan oleh apa yang kita lakukan untuk membantu orang lain. Apapun pengertian dan definisinya, namun setiap tindakan membantu orang lain, berkontribusi besar dalam memperkuat karakter.

Bila Anda satu garis pencaharian dengan saya, maka lebih berguna mengkonsentrasikan energi pada tindakan dibandingkan dengan membangun pengertian. Ini berarti, kalau Socrates menyebut kebenaran sebagai makanan jiwa, saya mencoba untuk membawa Anda ke dalam wilayah pengertian, di mana tindakan-tindakan untuk membantu oranglah yang menjadi makanan bergizinya jiwa.

Sebagai konsultan maupun pembicara publik, saya telah bertemu dengan banyak sekali orang. Namun, ada perbedaan mendasar antara orang yang suka dan rajin membantu dengan mereka yang amat jarang membantu. Di sektor percaya diri, cahaya muka, kesehatan jiwa, dan sinar karisma, orang-orang yang suka membantu tampil secara berbeda. Apa lagi kalau mereka memiliki tugas untuk merubah orang lain. Daya rubahnya amatlah berbeda.

Belajar dari sini, saya sering merasa berdosa jika ada orang yang meminta bantuan, kemudian tidak bisa dibantu. Lebih-lebih kalau saya ingat dengan pendekatan 'orang akan meninggal besok pagi'. Jika saja orang yang gagal saya bantu tadi meninggal besok pagi, betapa menyesalnya saya ini.

Entah bagaimana keyakinan Anda, yang jelas seperti bau semerbak bunga yang harum, tindakan mencintai cepat atau lambat akan menyebar ke mana-mana. Bukan tercium tidaknya bau harum itu yang penting. Namun, kehadirannya yang dibutuhkan semua orang. Untuk kemudian, menyejukkan hati dan jiwa setiap insan.

Anda boleh buktikan sendiri, sejumlah anak yang dibesarkan oleh belaian cinta yang penuh oleh Ibunya, tentu saja memiliki pancaran kejiwaan yang amat berbeda dengan orang yang tidak pernah merasakan belaian hangat tadi. Demikian juga dengan lingkungan kerja. Siapa saja yang pernah dibesarkan oleh atasan yang penuh cinta, secara kualitas kepemimpinan akan sangat berbeda dengan orang yang memulai karir di tempat yang penuh intrik dan permusuhan.

Saya berutang banyak pada Konosuke Matsushita (usahawan Jepang terkemuka yang menulis buku Man Does Not Live With Bread Alone), karena di anak perusahaan beliaulah telur karir saya pertama kali menetas. Demikian juga dengan utang saya pada Kahlil Gibran dan Morihei Ueshiba, yang menetaskan 'telur-telur' cinta saya melalui karyanya. Saya menemui banyak sekali orang dan rekan yang kenyang cinta, atau juga yang amat lapar akan cinta. Yang jelas, banyak sekali yang berbeda di antara mereka.

Ini semua berarti, melengkapi pengertian Socrates tentang vitamin-vitamin kejiwaan, tindakan mencintai memberi gizi kejiwaan yang amat menentukan. Berbeda dengan uang dan materi yang habis kalau diberikan ke orang lain. Cinta yang diberikan melalui tindakan-tindakan konkrit, memberi vitamin kejiwaan baik pada pemberi maupun yang diberi. Lebih dari itu - sebagaimana ulasan di atas - ia menebarkan bau harum ke mana-mana. Bahkan, melewati batasan waktu dan tempat.

Lebih-lebih tindakan-tindakan cinta pada titipan masa depan (baca : anak), ia berlanjut dalam dimensi waktu yang tidak terbatas. Dan bukankah Anda akan dipeluk hangat oleh sang hidup dan kehidupan, jika Anda menumpuk gunungan cinta untuk masa depan ?

0 comments:

Posting Komentar

SHARE EXPERIENCE © 2008 Por *Templates para Você*