Rabu, 19 Mei 2010

20. Bersahabat Karib Dengan Kebingungan

Kutipan dari : Gede Prama Ideas
Semoga ada manfaatnya...

Kesenangan saya untuk bersahabat dengan kebingungan, bukanlah monopoli saya seorang diri. Ia juga dilakukan manusia-manusia mengagumkan seperti Thomas Edison dan Tom Watson.

Seorang penulis produktif dan juga pengamat di bidang personal power, pernah menempatkan saya sebagai orang pertama dan paling utama untuk dicermati di bidang personal power di negeri ini. Dengan menyebut serangkaian perjalanan saya keliling Indonesia untuk memotivasi orang, serta sejumlah buku yang saya terbitkan sebagai bukti, penulis ini sampai pada kesimpulan, sayalah manusia papan atas di bidang personal power di republik ini (Majalah Manajemen edisi Juli 1999).

Dengan sepenuhnya mengerti kaidah keseimbangan dalam menulis, penulis di atas kemudian memberi saya masukan, bahwa buku-buku yang saya terbitkan masih berupa kumpulan tulisan di koran. Sehingga membawa kesan membingungkan. Salah satu masterpiece saya dengan judul 'Kepemimpinan Berdasarkan Air' bahkan disebut berada di tataran yang masih embrional.

Satu spirit dengan tulisan-tulisan terdahulu, saya memang bukan jenis manusia yang mudah silau pada pujian, dan trauma pada makian orang lain.

Dengan tetap mengucapkan terimakasih yang dalam kepada penulis di atas, karena memperhatikan karya-karya saya, ada semacam kewajiban bagi saya untuk mendudukkan kembali bangunan berfikir saya.

Berbeda dengan kebanyakan pemikir maupun konsultan lainnya, yang amat takut dengan kebingungan, saya malah amat mencintai kebingungan. Jangan terkejut dulu !. Ada basis epistimologis yang cukup kuat di balik keyakinan saya yang terakhir ini.

Kebingungan, adalah sahabat karibnya kegiatan belajar. Sebab, dengan kebingungan kita dipacu untuk mencari, belajar, mencari dan belajar. Bentuk paling luar dari hidupnya kegiatan belajar, adalah seringnya kita mengucapkan huruf 'O'. Huruf terakhir mengindikasikan, bahwa baru saja kita sampai pada tangga pemahaman yang berbeda dengan sebelumnya.

Dengan tetap menghormati rekan-rekan yang melakukan pencaharian di sektor kejelasan, saya meragukan setiap - sekali lagi setiap - bentuk ide yang jelas, terang dan tidak bisa digugat. Dalam sejarah dunia ide, tidak ada satupun ide yang bisa bertahan selamanya, atau menjadi acuan semua orang di semua zaman. Nah, menggantungkan kepala hanya pada satu ide yang jelas, membuat perjalanan intelektual berhenti. Sementara, dunia ide mengalir bersamaan dengan sang waktu.

Dibandingkan berjalan di tempat, terutama dengan mempercayai sebuah ide yang jelas saja, saya memilih untuk bersahabat dengan kebingungan. Bersama sahabat terakhir, saya yakin sedang mengayuh perahu ide di tengah cepatnya perjalanan sang waktu.

Thomas A. Edison pernah menulis : "Tunjukkan saya orang yang puas sekali, dan saya akan tunjukkan Anda kegagalan". Ini berarti setiap bentuk manusia puas karena kejelasannya, sebenarnya sedang berada di pinggir kuburan dunia belajar.

John Maxwell pernah melaporkan bagaimana pendiri IBM Tom Watson bersahabat dengan kesalahan dan kebingungan. Suatu hari Tom Watson ditanya, akankah ia memecat karyawan yang melakukan kesalahan sehingga merugikan IBM $ 600,000 ?. Dengan sangat mengejutkan Tom menjawab : "Tidak, saya hanya mengalokasikan dana $ 600,000 untuk melatih dia. Kenapa ? Karena saya mempekerjakan seseorang untuk menyewa pengalamannya".

Belajar dari Thomas Edison dan Tom Watson, kesenangan saya untuk bersahabat dengan kebingungan, bukanlah monopoli saya seorang diri. Ia juga dilakukan manusia-manusia mengagumkan seperti Thomas Edison dan Tom Watson.

Lebih dari sekadar sahabat, kebingungan juga sebentuk maha guru imajinasi yang amat mengagumkan. Bayangkan, berapa banyak inovasi yang lahir dari manusia-manusia yang hidup dalam tangga kebingungan. Dengan tidak pernah berhenti, inovator-inovator besar seperti Thomas Edison, berjalan terus melangkahi ribuan bahkan mungkin jutaan tangga kebingungan. Kendati sudah sampai pada tangga penemuan yang mengagumkan sekalipun, mereka tetap berjalan dengan pencahariannya.

Disamping itu, ibarat seorang petinju yang dibuat besar oleh sparring partner yang kuat, kebingungan juga bisa menjadi sparring partner yang amat kuat dari petinju intelektual. Setiap pemikir besar yang saya tahu, dari Alvin Toffler, Peter Drucker sampai dengan Jack Derrida, adalah petinju-petinju intelektual yang membiarkan dirinya dipukul dan dihajar oleh kebingungan. Setiap bentuk ide dan teori yang mereka keluarkan, selalu ditempatkan di tatataran tangga yang terbuka untuk dikoreksi. Tidak pernah ada tangga terakhir yang super jelas.

Menyaksikan kehidupan intelektual di tanah air dengan bingkai berfikir di atas, saya kerap ragu. Saya terlalu maju dibandingkan orang lain, atau saya yang teramat mundur.

Entahlah, yang jelas saya mengurangi menghabiskan energi terlalu banyak untuk mengukur kemajuan diri dibandingkan orang lain. Disamping karena itu relatif, tetapi juga bisa membuat saya terperangkap dengan pujian dan makian orang lain.

Anda tentu saja bertanya, kalau bukan pujian dan makian, apa yang menjadi mesin pendorong saya dalam berkarya ? Bagi saya, siapapun tidak usah takut dengan kehidupan sejauh ia terus menerus belajar. Rezeki, kebahagiaan, dan rahmat Tuhan sejenis akan senantiasa lari ke mereka yang senantiasa belajar. Mirip dengan Rick Warren yang menulis : "Ketika Anda berhenti belajar, Anda berhenti memimpin".

Dan proses belajar terakhir ini, lebih mungkin dilakukan oleh manusia yang berani bersahabat karib dengan kebingungan.

0 comments:

Posting Komentar

SHARE EXPERIENCE © 2008 Por *Templates para Você*