Rabu, 28 April 2010

3. Hidup Ini Indah


Kutipan dari : Gede Prama Ideas

Semoga ada manfaatnya...

Dulu, ketika Robin Williams membintangi film Dead Poet Society yang inspiratif itu, dan juga Tom Hanks membintangi film Forrest Gump yang menarik itu, saya fikir tidak akan ada lagi film inspirasi kehidupan yang seinspiratif ini. Akan tetapi, begitu menyaksikan film dengan judul Life Is Beautiful, lagi-lagi fikiran saya disentak oleh pilosopi kehidupan yang lain dari biasanya. Bagaimana tidak tersentak, hidup yang senantiasa ditandai oleh siklus naik turun, diikuti oleh mood, emosi dan rasa syukur yang juga naik turun, tiba-tiba saja ada orang yang menikmati baik siklus naik maupun turun kehidupan.

Itulah kira-kira pesan dasar film Life Is Beautiful. Lebih menyentuh lagi, pesan tadi disampaikan lewat tokoh seorang ayah yang mengajak anaknya untuk selalu melihat sisi menyenangkan dari kehidupan. Sebagai ayah yang teramat sibuk meniti karir, tiba-tiba saja saya merasa berutang banyak kepada ketiga anak saya. Sebab, film ini menghadirkan figur seorang ayah yang tidak hanya mencintai anaknya, tetapi senantiasa menyediakan waktu dan tenaga untuk membuat sang anak menikmati dan mensyukuri kehidupan. Hebat bukan ?

Saya memang masih jauh dari kualitas ayah yang sehebat itu, namun amat dan teramat penting untuk senantiasa menikmati dan mensyukuri kehidupan. Sebab dengan lebih banyak melihat sisi menyenangkan kehidupan, kita tidak saja sedang memproduksi tubuh dan jiwa yang sehat, namun juga menarik kehidupan untuk bergerak ke tempat indah tadi. Persis seperti film Life Is Beautiful, di mana sang ayah selalu bertutur kalau di akhir permainan anaknya menang akan mendapat hadiah tank, ternyata di luar dugaan sang anak betul-betul naik tank di akhir cerita.

Meminjam argumen David Weeks dan Jamie James dalam artikelnya yang berjudul Secrets of the Super Young di majalah Reader’s Digest edisi Februari 2000, orang-orang yang amat awet muda dalam hidupnya, umumnya datang dari mereka yang selalu melihat kehidupan dalam aspeknya yang menyenangkan.

Coba perhatikan penemuan Weeks dan James setelah melakukan studi ilmiah yang amat intensif selama sepuluh tahun. Dibandingkan orang kebanyakan, manusia-manusia awet muda memiliki ciri-ciri unik. Dari memiliki hubungan yang lebih romantis dengan pasangan hidup, bersahabat dengan banyak kalangan, tidur cukup, banyak melakukan perjalanan, sampai dengan memiliki tekanan darah rendah hingga normal.

Yang jelas, fikiran dan cara kita menyimpulkan kehidupan memiliki peran yang tidak kecil dalam hal ini. Sebut saja hubungan romantis dengan pasangan hidup sebagai faktor pertamanya Weeks dan James. Ia tentu amat sangat dipengaruhi oleh seberapa bersyukur kita pada rezeki Tuhan yang satu ini. Orang boleh saja menyebutkan banyak ciri bagi pasangan hidup ideal. Dari harus mampu jadi teman, kekasih, ibu/bapak, pelacur sampai dengan manajer rumah tangga, namun tanpa kesediaan sengaja untuk menerima secara tulus pasangan hidup kita, kemanapun ia dicari di bawah kaki langit ini, tidak akan kita menemukan kehidupan yang romantis. Yang ada hanyalah pencaharian yang berulang-ulang, dan sering ditandai oleh kekecewaan dan frustrasi.

Lihat saja pengalaman banyak artis yang sudah bergelimang uang ketika berumur muda. Atau pengalaman orang yang sudah kaya sejak lahir. Atau juga orang yang hidupnya hanya mencari kenikmatan. Dalam mencari pasangan hidup, mereka menentukan standar setinggi-tingginga. Makanya, jangan heran kalau rasio kegagalan pernikahan paling banyak datang dari segmen masyarakat ini. Demikian juga frustrasi hidup.

Kembali ke cerita awal tentang hidup ini yang indah, saya amat terusik dengan pilosopi hidup seorang ayah dalam film Life Is Beautiful. Yang mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk melihat aspek menyenangkan dari hidup dan kehidupan. Pertanyaan yang muncul berulang-ulang setelah menonton film ini, bisakah kita hidup stabil menyenangkan dalam siklus hidup yang mengenal gelombang ?

Saya pribadi memang belum menjawab positif maupun negatif terhadap pertanyaan ini. Namun, bukankah misi hidup adalah mendidik sang aku ? Bukankah ukurannya tidak apa yang kita capai, melainkan seberapa banyak kita berhasil memperbaiki sang aku lewat perjalanan waktu ?

Kalau ini ukurannya, maka saya tidak menyandang iri yang dalam ke film indah di atas. Demikian juga dengan Anda saya kira. Anda dan saya sama-sama menyandang kelemahan dan kekurangan. Namun seberapa negatifpun kekurangan kita, Tuhan masih memberikan kesempatan ke kita untuk mulai belajar melihat aspek menyenangkan dari kehidupan.

Coba perhatikan sekeliling Anda. Sebenarnya ada banyak sekali sumber yang membuat hidup ini indah dan menyenangkan. Ketika tulisan ini saya buat, burung gereja sedang ribut-ributnya memakan nasi yang diletakkan di pinggir kali, gemercik air kali berbunyi tidak henti-hentinya, anak saya yang terkecil yang baru berumur tiga tahun tidak henti-hentinya meminta ikut menekan key board komputer, bunga teratai sedang mengembang secara amat indahnya, demikian juga dengan bunga kamboja.

Anda boleh menyimpulkan lingkungan seperti ini dengan kesimpulan apapun, namun belajar dari film Life is Beautiful saya sedang mendidik diri untuk melihat hidup ini secara menyenangkan. Terserah Anda !.

0 comments:

Posting Komentar

SHARE EXPERIENCE © 2008 Por *Templates para Você*